Minggu, 26 Juni 2016

Analisis Jurnal 3

Tema : Pengendalian Manajemen
Judul : Hubungan Struktur Sistem Pengendalian Manajemen dan Proses Sistem Pengendalian Manajemen dengan Kinerja Keuangan Perusahaan pada PT. Kereta Api Indonesia (Persero)
Penulis : Imas Purnamasari 
Ringkasan Latar Belakang
Dengan mengamati dan menganalisis kinerja BUMN dari tahun 1997 sampai 2001 dan membandingkannya dengan kinerja BUMN pada tahun 2002 sampai 2006 sudah terlihat adanya peningkatan kinerja BUMN. Namun untuk tetap menjaga peningkatan kinerja BUMN supaya tidak mengalami penurunan lagi seperti tahun-tahun sebelumnya, maka proses pengendalian dengan menerapkan prinsip-prinsip manajemen perlu dioptimalkan.
PT Kereta Api Indonesia (PT. KAI) adalah salah satu BUMN yang bergerak di bidang  pelayanan jasa transportasi darat, mulai tahun 1998 perusahaan ini berbentuk PT (Persero).  Keberhasilan PT KAI dalam menghasilkan jasanya tidak hanya tergantung pada keunggulan  teknologi, sarana dan prasarana maupun dana yang tersedia, melainkan juga tergantung kepada kepercayaan publik terhadap kinerja manajemen yang mempunyai peranan penting untuk menjamin kelangsungan aktivitas bisnis perusahaan sesuai yang diharapkan. 
Metode 
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan survey￾explanatory. Pendekatan survey artinya penelitian ini diadakan untuk memperoleh fakta-fakta, mencari keterangan-keterangan faktual serta berusaha untuk menggambarkan gejala-gejala dari praktek yang sedang berlangsung (M. Nazir, 2006: 65). Populasi penelitian ini adalah pusat pertanggungjawaban yang ada di 10 DAOP dan 3  DIVRE, dan populasi respondennya adalah seluruh manajer dan karyawan yang ada di 13 DAOP dan DIVRE tersebut. Mengingat populasi dari DAOP dan DIVRE PT. KAI hanya berjumlah 13, maka keseluruhan populasi tersebut dijadikan sampel seluruhnya atau disebut sampel jenuh (census sampling). Setiap DAOP dan DIVRE diwakili oleh satu orang manajer dari setiap tingkatan manajemen yaitu manajemen puncak (top management), manajemen tingkat menengah (middle management), dan manajemen tingkat bawah (lower management).
Hasi Penelitian 
Berdasarkan gambar tersebut, nampak dari 13 daerah operasi terdapat 8 daerah operasi  memperoleh ROI negatif. Ini menunjukkan rata-rata pengelolaan atas sejumlah investasi yang ditanamkan di setiap daerah operasi masih belum dapat dikelola secara efektif dan efisien, dan menunjukkan kinerja manajemen yang kurang baik.



Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan seperti yang diuraikan di atas maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil analisa atas jawaban responden, struktur pengendalian manajemen setiap daerah operasi PT. KAI telah memadai, akan tetapi proses pengendalian manajemen dikatakan belum memadai hal ini disebabkan terdapat aspek pelaksanaan dan pengukuran serta analisa dan pelaporan yang belum berjalan sebagaimana mestinya. Ini berarti masih terdapat kelemahan sistem pengendalian manajemen terutama dalam hal proses pengendalian manajemen.
2. Berdasarkan hasil perhitungan statistik, diperoleh informasi secara simultan variabel struktur dan proses pengendalian manajemen memiliki hubungan positif dengan kinerja keuangan. Dengan demikian perubahan kinerja keuangan disebabkan oleh kedua variabel tersebut secara bersama-sama. 

Analisis Jurnal 2

Topik    : AKUNTANSI KOMPREKENSIF
Judul    : PENYAJIAN DAN KOMPONEN OTHER COMPREHENSIVE INCOME
Penulis :  Rima Putri Suryaning Wahyu, Sugeng Praptoyo
Ringkasan Latar Belakang 
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1 Laporan Keuangan harus menyajikan secara wajar posisi keuangan, kinerja keuangan, perubahan ekuitas, dan arus kas perusahaan dengan menerapkan PSAK secara benar disertai pengungkapan yang diharuskan PSAK dalam Catatan Atas Laporan Keuangan. Informasi lain tetap diungkapkan untuk menghasilkan penyajian yang wajar. Perubahan laba rugi mejadi laba rugi komprehensif menurut PSAK No. 1 (revisi 2009) menjadikan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan menjadi lebih informatif bagi pengambil keputusan, hal ini tampak nyata dari format laporan keuangan yang sedikit berbeda dengan sebelumnya. Alasan yang masuk akal karena penggunaan laporan keuangan bersifat umum sehingga dibuat sesederhana mungkin dan semudah mungkin dimengerti oleh pengguna. 
METODE
Penelitian deskriptif kualitatif ini merupakan bentuk dari penelitian non hipotesis yang tidak membutuhkan adanya perumusan hipotesis. Beberapa langkah yang dilakukan dalam analisis data adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis penyajian laporan keuangan yang digunakan perusahaan mencakup komponen pendapatan komprehensif lain menurut PSAK No. 1 (revisi 2009)
2. Menganalisis penyajian laporan keuangan yang digunakan perusahaan dalam bentuk satu laporan laba rugi komprehensif atau dalam bentuk dua laporan yakni laporan yang menunjukkan komponen laba rugi dan laporan yang dimulai dengan laba rugi dan menunjukkan komponen pendapatan komprehensif lain.
3. Menganalisis total laba rugi komprehensif selama satu periode yang menunjukkan secara terpisah total jumlah yang dapat distribusikan kepada pemilik entitas induk dan kepada kepentingan non pengendali, pengaruh penerapan restrospektif atau penyajian kembali.
4. Menganalisis dampak positif dan negatif penyajian Other Comprehensif Income terhadap laba bersih operasi dan laba bersih setelah pajak.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Komponen Pendapatan Komprehensif Lain Pendapatan komprehensif adalah adalah jumlah laba bersih dan barang-barang lainnya yang harus melewati laporan laba rugi karena termasuk barang-barang seperti keuntungan yang belum direalisasi atau rugi dari efek yang tersedia untuk dijual dan keuntungan atau kerugian kurs. Barang-barang ini bukan merupakan bagian dari laba bersih, namun cukup penting untuk dimasukkan dalam pendapatan komprehensif, memberikan pengguna lebih besar, gambaran yang lebih komprehensif dari organisasi secara keseluruhan.
Pos-pos atau barang-barang yang melewati laporan laba rugi akan dimasukkan menurut konsep laba komprehensif. Laba komprehensif meliputi semua suatu periode kecuali perubahan aktivitaas investasi oleh pemilik dan didistribusi kepada pemilik. Karena itu, laba komprehensif meliputi semua pendapatan dan keuntungan beban dan kerugian yang dilaporkan dalam laba bersih, dan selain itu juga mencangkup keuntungan dan kerugian yang tidak dimasukkan dalam laba bersih tetapi mempengaruhi ekuitas pemegang saham.

KESIMPULAN
Simpulan hasil penelitian ini dikemukan sebagai beikut: komponen pendapatan komprehensif lain mencakup: (1)Perubahan dalam surplus, (2) Pengukuran kembali atas program manfaat pasti, (3) Keuntungan dan kerugian yang timbul dari penjabaran laporan keuangan dari kegiatan usaha luar negeri, (4) Keuntungan dan kerugian dari pengukuran kembali aset keuangan sebagai “tersedia untuk dijual”, (5) Bagian efektif dari keuntungan dan kerugian instrumen lindung nilai dalam rangka lindung nilai arus kas, sedangkan penyajian Other Comprehensive Income disajikan dalam tiga cara yaitu terpisah dengan laporan laba rugi, gabungan dengan laporan laba rugi, dan melaporkan pos-pos laba komprehensif dalam laporan perubahan ekuitas, sedangkan dalam prakteknya Other Comprehensive Income disajikan dalam laporan laba (rugi) periode dan laba (rugi) komprehensif gabungan yaitu laporan laba rugi digabung dengan laporan laba rugi komprehensif yang hasil akhirnya dinyatakan dalam laba (rugi) bersih komprehensif. 

Analisis Jurnal 1

Topik  :VALAS 
Judul  :ANALISIS ASPEK FUNDAMENTAL DAN PSIKOLOGIS TERHADAP PERUBAHAN KURS VALAS DI INDONESIA PERIODE 2004 – 2012
Penulis  : Ria Safitri, Ria Nelly Sari dan Gusnardi

Ringkasan Latar Belakang 
Ketidakstabilan nilai tukar rupiah terhadap dollar dari waktu ke waktu menyebabkan ketidakstabilan harga saham. Kondisi ini cenderung menimbulkan keragu-raguan bagi investor, sehingga kinerja bursa efek menjadi menurun. Namun bagaimana menjaga stabilitas dari nilai tukar tersebut? Dan apa indikator dari stabilitas nilai tukar rupiah? Nilai tukar suatu mata uang dikatakan stabil apabila pergerakan nilai tukar mata uang tersebut searah dengan pergerakan nilai tukar mata uang lainnya dalam kawasan. Namun pada kenyataannya pergerakan nilai tukar rupiah masih tidak searah dengan pergerakan nilai mata uang lainnya di kawasan asia, Grafik 1 menunjukkan dari tiga tahun belakangan ini yakni 2010 – 2012, ketidakstabilan pergerakan rupiah mulai terjadi setelah depresiasi kuartal III thn 2011
Metode 
Objek dari penelitian ini yaitu perubahan kurs rupiah terhadap 3 mata uang asing lainnya yaitu USD (yang merupakan transaksi mata uang yang paling sering digunakan) JPY ( merupakan peringkat ke-2 ULN Indonesia setelah USD) dan AUD ( merupakan mata uang yang paling cepat bereaksi terhadap spekulasi/rumor yang beredar di Indonesia). Penelitian dilakukan pada periode .2004 – 2012 dengan data sekunder yang bertype kuartal. Adapun metode yang digunakan adalh metode OLS ARCH GARCH. Berdasarkan lampiran, di ketahui bahwa data yang sudah stasioner dilakukan analisis OLS namun hasil tersebut mengandung arch effect pada ke-3 sample kurs yang diteliti. Selanjutnya dilakukan analisis dengan berbagai model varian ARCH GARCH terhadap. Hasil uji model arch garch di tampilkan pada tabel 1, tabel 2 dan tabel 3 

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengujian terhadap ke-3 sample tersebut dapat dikatakan hamper semua variable baik dari sisi fundamental dan psikologis berpengaruh signifikan terhadap perubahan kurs USD, JPY dan AUD, terkecuali variable jumlah uang beredar (JUB) yang memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap perubahan kurs JPY/IDR. Variabel selisih tingkat inflasi (INF) berpengaruh signifikan terhadap perubahan kurs, USD – IDR, JPY – IDR dan AUD - IDR. Berdasarkan estimasi ARCH-M tingkat inflasi memiliki koefisien negatif, yang berarti pertumbuhan tingkat inflasi berbanding terbalik dengan perubahan kurs atau dapat diartikan berdampak pada pertumbuhan yang terbalik yang sebaliknya pada kurs, hal ini terjadi karena kenaikan inflasi menyebabkan harga produk mengalami kenaikan, karena sebagian besar produk yang beredar di Indonesia merupakan produk impor maka ketergantungan terhadap mata uang dollar sangat tinggi untuk membayar produk tsb keluar negri, maka kondisi ini akan mempengaruhi perubahan nilai tukar rupiah terhadap dollar amerika. Variabel selisih tingkat Suku Bunga (SBI) berpengaruh signifikan 

KESIMPULAN
Secara garis besar aspek fundamental yang terdiri dari tingkat inflasi, tingkat suku bunga, tingkat pendapatan, jumlah uang beredar, current account, capital account dan ULN memiliki pengaruh terhadap perubahan kurs valas. Aspek Psiikologis yang terdiri dari spekulasi dan intervensi memiliki pengaruh terhadap perubahan kurs valas. Untuk menjaga stabilitas nilai tukar, untuk mesyarakat pada umumnya, dan bagi para pelaku valas maupun pembuat keputusan sebaiknya lebih meningkatkan ekspor dan mengurangi ketergantungan impor, peningkatan kepercayaan terhadap bank devisa dalam negi juga perlu dilakukan agar para eksportir mau menempatkan dana hasil ekspornya di dalam negri.

Sumber : 

Tulisan ini untuk memenuhi tugas softskill Mata Kuliah Akuntansi Internasional
Nama   : P.A.Ningsih
Dosen  : J.Barus, SE.,MMSI

Sabtu, 25 Juni 2016

ESSAY MOTIVASI KERJA MAHASISWA JURUSAN AKUNTANSI"


Saya sebagai anak akuntansi, menganggap bidang akuntansi adalah bidang yang sangat penting di bidang manufactur ataupun jasa karena dengan adanya pembelajaran akuntansi banyak hal yang dapat diketahui dalam pengelolaan dana perusahaan sehingga perusahaan dapat terus hidup, jika secara pengelolaan dana keuangannya salah akan terjadi kebangkrutan dalam perusahaan, begitu sangat pentinglah adanya sebagai bidang akuntansi. 
Akuntansi adalah ilmu pasti yang benar-benar harus belajar , berbeda dengan ilmu yang lain yang bisa di pelajari dimanapun atau secara menpelajarinya sendiri.
Kita tidak boleh membatasi diri hanya dengan cita-cita yang setelah tercapai disitu saja tidak mengeksplore lagi kemampuannya, karena bkerja adalah kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, kerja tuntas.

Adapun perkembangan semakin pesat dalam IPTEK sama hal nya di bidang akuntansi yang mempunyai banyak hal yang harus dipelajari cara menggunakan aplikasi software dalam mengelola dana keuangan, harus belajar terutama bahasa asing, dan pengoperasian aplikasi-aplikasi akuntansi karena persaingan MEA yang semakin ketat jangan menjadikan diri kita melemah dan merasa kalah akan hal tersebut karena " kurangnya kemampuan bukan alasan untuk keberhasilan, tetapi kesungguhan penuh semangat adalah modal keberhasilan".




Tulisan ini untuk memenuhi tugas softskill Mata Kuliah Akuntansi Internasional

Nama   : P.A.NINGSIH
Dosen  : J.Barus, SE.,MMSI



UNIVERSITAS GUNADARMA

Minggu, 08 Mei 2016

AKUNTANSI GLOBAL DAN STANDAR AUDIT


I.       Survei Konvergensi Internasional

Manfaat Konvergensi Internasional
            Pendukung konvergensi internasional menyatakan bahwa banyak manfaat yang telah dirasakan dengan adanya konvergensi. Terakhir, surata kabar terkini mengusulkan adanya “global GAAP (prinsip akuntansi berlaku umum)”, yang keuntungannya antara lain :
1.      Standar laporan keuangan berkualitas tinggi yang digunakan secara konsisten diseluruh dunia dapat meningkatkan efisiensi dalam alokasi modal. Biaya modal akandikurangi.
2.      Para investor dapat mengambil keputusan yang lebih baik dalam berinvestasi.Portofolio lebih bermacam-macam dan risiko keuangan dapat dikurangi.Transparansi dan persaingan di pasar global akan lebih terjaga.
3.      Perusahaan-perusahaan dapat meningkatkan strategi dalam mengambil keputusanmengenai merger dan akuisisi area usaha.
4.      Pengetahuan dan keahlian akuntansi dapat ditansfer tanpa batasan ke seluruh dunia.
5.      Ide-ide terbaik yang muncul dari aktivitas berstandar nasional dapat ditonjolkandalam mengembangkan standar global dengan kualitas terbaik.
Sebagian argumen mengenai konvergensi akuntansi memiliki tujuan untukmeningkatkan efisiensi dalam operasional dan alokasi di pasar modal.

Harmonisasi Internasional
Standar akuntansi mencakup harmonisasi :
Standar akuntansi (yang berkaitan dengan pengukuran dan pengungkapan)
Pengungkapan yang dibuat oleh perusahaan-perusahaan public terkait dengan penawaran surat berharga dan pencatatan pada bursa efek
Standar audit




Keuntungan Harmonisasi Internasional
Sebuah tulisan terbaru juga mendukung adanya suatu “GAAP global” yang terharmonisasi. Beberapa manfaat yang disebutkan antara lain:
Pasar modal menjadi global dan modal investasi dapat bergerak di seluruh dunia tanpa hambatan. Standar pelaporan keuangan berkualitas tinggi yang digunakan secara konsisten di seluruh dunia akan memperbaiki efisiensi alokasi modal.
Investor dapat membuat keputusan investasi yang lebih baik; portofolio akan lebih beragam dan risiko keuangan berkurang.
Perusahaan-perusahaan dapat memperbaiki proses pengambilan keputusan strategi dalam bidang merger dan akuisisi.
Gagasan terbaik yang timbul dari aktivitas pembuatan standard pat disebarkan dalam mengembangkan standar global yang berkualitas tertinggi.
Kritik atas Standar Internasional
 Internasionalisasi standar akuntansi juga menuai kritik. Pada awal tahun 1971 (sebelum pembentukan IASC), beberapa pihak mengatakan bahwa penentuan standar internasional merupakan solusi yang terlalu sederhana atas masalah yang rumit. Dinyatakan pula bahwa akuntansi, sebagai ilmu sosial, telah memiliki flesibilitas yang terbangun dengan sendiri di dalamnya dan kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan situasi yang sangat berbeda merupakan salah satu nilai terpenting yang dimilikinya. Pada saat standar internasional diragukan dapat menjadi fleksibel untuk mengatasi perbedaan-perbedaan dalam lat              ar belakang, tradisi, dan lingkungan ekonomi nasional, maka beberapa orang berpendapat bahwa hal ini akan menjadi sebuah tantangan yang secara politik tidak dapat diterima terhadap kedaulatan nasional.
Lebih jauh lagi, ditakutkan bahwa adopsi standar internasional akan menimbulkan “standar yang berlebihan”. Perusahaan harus merespon terhadap susunan tekanan nasional, politik, sosial, dan ekonomi yang semakin meningkat dan semakin dibuat untuk memenuhi ketentuan internasional tambahan yang rumit dan berbiaya besar.
Proses menjadikan standar akuntansi menjadi suatu standar internasional juga menimbulkan kritik - kritik tersebut antara lain :
1.      Sebagian orang mengatakan bahwa standar internasional terlalu sederhana untuk memecahkan masalah yang rumit. Para kritikus bersikeras bahwa kemampuan untuk beradaptasi terhadap situasi – situasi yang sangat berbeda merupakan nilai terpenting dari akuntansi. Para kritikus ragu jika standar international dapat cukup fleksibel untuk mengatasi perbedaan-perbedaan latar belakang, tradisi dan lingkungan ekonomi disetiap negara.
2.      Anggapan bahwa ketika institusi keuangan international dan pasar international bersikeras menggunakan standar internasional, hanya firma-firma akuntansi internasional luaslah yang akan mampu memenuhi tuntutannya.
3.      Munculnya ketakutan bahwa penggunaan standar internasional akan menciptakan ‘standar overload’.
4.      Kritikus bersikeras bahwa standar internasional tidaklah cocok untuk perusahaan-perusahaan kecil dan menengah, terutama perusahaan yang tidak terdaftar akuntabilitas publik.
Rekonsiliasi dan Pengakuan Bersama
Sejalan dengan penerbitan dan perdagangan saham internasional yang semakin berkembang, masalah – masalah yang terkait dengan penyerahan laporan keuangan dalam wilayah non domestic semakin menjadi penting. Beberapa pendukung berpendapat bahwa harmonisasi internasional akan membantu menyelesaikan masalah – masalah yang terkait dengan isi laporan keuangan lintas batas.
Terdapat dua pendekatan yang diajukan sebagai solusi yang mungkin digunakan untuk mengatasi permasalahan yang terkait dengan isi laporan keuangan lintas batas:
1.   Rekonsiliasi
Melalui rekonsiliasi, perusahaan asing dapat menyusun laporan keuangan dengan menggunakan standar akuntansi negara asal, tetapi harus menyediakan rekonsiliasi antara ukuran-ukuran akuntansi yang penting (seperti laba bersih dan ekuitas pemegang saham) di negara asal dan di negara dimana laporan keuangan dilaporkan.
2.   Pengakuan bersama (yang juga disebut sebagai “imbal balik” / resiprositas)
Pengakuan bersama terjadi apabila pihak regulator di luar negara asal menerima laporan keuangan perusahaan asing yang didasarkan pada prinsip-prinsip negara asal.

Evaluasi
Perdebatan mengenai harmonisasi mungkin tidak akan pernah terselesaikan dengan penuh. Beberapa argumen yang menentang harmonisasi mengandung sejumlah kebenaran. Namun demikian, semakin banyak bukti menunjukkan bahwa tujuan harmonisasi internasional akuntansi, pengungkapan, dan audit telah diterima begitu luas sehingga tren yang mengarah pada harmonisasi internasional akan berlanjut atau bahkan semakin cepat. Sejumlah besar perusahaan secara sukarela mengadopsi Standar Prlaporan Keuangan Internasional (Internasional Financial Reporting Standards-IFRS). Banyak negara telah mengadopsi IFRS secara keseluruhan, menggunakan IFRS sebagai standar nasional atau mengizinkan penerapan IFRS. Perbedaan nasional dalam faktor-faktor dasar yang menyebabkan perbedaan dalam akuntansi, pengungkapan, dan praktik audit semakin sempit karena pasar modal dan produk semakin internasional.

Penerapan Standar Internasional
Standar akuntansi internasional digunakan sebagai hasil dari :
1.      Perjanjian internasional atau politis
2.      Kepatuhan secara sukarela (atau yang didorong secara professional)
3.      Keputusan oleh badan pembuat standar akuntansi internasional
Beberapa Peristiwa Penting Dalam Sejarah Penentuan Standar Akuntansi Internasional
1959- Jacob Kraayenhof, mitra pendiri sebuah firma akuntan independen Eropa yang utama, mendorong agar usaha pembuatan standar akuntansi internasional dimulai.
1961- Group d’Etudes, yang terdiri dari akuntan professional yang berpraktik, didirikan di Eropa untuk memberikan nasihat kepada pihak berwenang Uni Eropa dalam masalah-masalah yang menyangkut akuntansi.
1966- Kelompok Studi Internasional Akuntan didirikan oleh institute professional di Kanada, Inggris, dan Amerika Serikat.
1973- Komite Standar Akuntansi Internasional (Internasional Accounting Standard Committee-IASC) didirikan.
1976- Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (Organization for Economic Coorporation and Development-OECD) mengeluarkan Deklarasi Investasi dalam Perusahaan Multinasional yang berisi panduan untuk “Pengungkapan Informasi”.
1977- Federasi Internasional Akuntan (International Federation of Accounting-IFAC) didirikan.
1977- Kelompok Para Ahli yang ditunjuk oleh Dewan Ekonomi dan Sosial Perserikatan Bangsa-bangsa mengeluarkan laporan yang terdiri dari empat bagian mengenai Standar Internasional Akuntansi dan Pelaporan bagi Perusahaan Transnasional.
1978- Komisi Masyarakat ropa mengeluarkan Direktif Keempat sebagai langkah pertama menuju harmonisasi akuntansi Eropa.
1981- IASC mendirikan kelompok konsultatif yang terdiri dari organisasi nonanggota untuk memperluas masukan-masukan dalam pembuatan standar internasional.
1984- Bursa Efek London menyatakan bahwa pihaknya berharap agar perusahaan-perusahaan yang mencatatkan sahamnya tetapi tidak didirikan di Inggris atau Irlandia menyesuaikan dengan standar akuntansi internasional.
1987- Organisasi Internasional Komisi Pasar Modal (IOSCO) menyatakan dalam konferensi tahunannya untuk mendorong penggunaan standar yang umum dalam praktik akuntansi dan audit.
1989- IASC mengeluarkan Draf Eksposure 32 mengenai perbandingan laporan keuangan. Kerangka Dasar untuk Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan diterbitkan aoleh IASC.
1995- Dewan IASC dan Komisi Teknis IOSCO menyetujui suatu rencana kerja yang penyelesaiannya kemudian berhasil mengeluarkan IAS yang membentuk satu kelompok inti standar yang komprehensif. Keberhasilan dalam penyelesaian standar-standar ini menmungkinkan Komisi Teknis IOSCO untuk merekomendasikan pengesahan IAS dalam pengumpulan Modal lintas batas dan keperluan pencatatan saham di seluruh pasar global.
1995- Komisi Eropa mengadopsi sebuah pendekatan daru dalam harmonisasi akuntansi yang akan memungkinkan penggunaan IAS oleh perusahaan-perusahaan yang melakukan pencatatan saham dalam pasar modal internasional.
1996- Komisi Pasar Modal AS (SEC) mengumumkan bahwa pihaknya ”….mendukung tujuan IASC untuk mengembangkan, secepat mungkin, standar akuntansi yang dapat digunakan untuk menyusun laporan keuangan yang dapat digunakan dalam penawaran surat berharga lintas batas.
1998- IOSCO menerbitkan laporan “Standar Pengungkapan Internasional untuk Penawaran Lintas Batas dan Pencatatan Saham Perdana bagi Emiten Asing”.
1999- Forum Internasional untuk Pengembangan Akuntansi (International Forum on Accountancy Development-IFDA) bertemu untuk pertama kalinya pada bulan Juni.
2000- IOSCO menerima, secara keseluruhan, seluruh 40 standar inti yang disusun oleh IASC sebagai jawaban atas daftar keinginan IOSCO tahun 1993.
2001- Komisi Eropa mengusulkan sebuah aturan yang akan mewajibkan seluruh perusahaan EU yang tercatat sahamnya  pada suatu pasar yang diregulasi untuk menyusun akun-akun konsolidasi sesuai dengan IAS selambatnya tahun 2005.
2001- Badan Standar Akuntansi Internasional (Internastiaonal Accounting Standars Board-IASB) menggantikan IASC dan mengambil alih tanggung jawabnya per tanggal 1 April.  Standar IASB disebut sebagai Standar Pelaporan Keuangan Internasional (IFRS) dan termasuk didalamnya IAS yang dikeluarkan oleh IASC.
2002- Parlemen Eropa menyetujui proposal Komisi Eropa bahwa secara nyata seluruh perusahaan EU yang tercatat sahamnya harus mengikuti standar IASB dimulai selambat-lambatnya tahun 2005 dalam laporan keuangan konsolidasi. Negara-negara anggota dapat memperluas ketentuan ini terhadap laporan keuangan perusahaan-perusahaan yang tidak melakukan pencatatan saham dan perusahaan secara individu. Dewan Eropa kemudian mengadopsi aturan yang memungkinkan hal ini tercapai.
2002- IASB dan FASB menandatangani “Perjanjian Norwalk” yang berisi komitmen bersama terhadap konvergensi standar akuntansi internasional dan AS.
2003- Dewan Eropa menyetujui Direktif EU Keempat dan Ketujuh yang diamandemen, yang menghapuskan ketidakkonsistenan antara direktif lama dengan IFRS.
2003- IASB menerbitkan IFRS 1 dan revisi terhadap 15 IAS.

Sekilas Mengenai Organisasi Internasional Utama Yang Mendorong Harmonisasi Akuntansi
Enam organisasi telah menjadi pemain utama dalam penentuan standar akuntansi internasional dan dalam mempromosikan harmonisasi akuntansi internasional :
Badan Standar Akuntansi International (IASB)
Komisi Uni Eropa (EU)
Organisasi Internasional Komisi Pasar Modal (IOSCO)
Federasi Internasional Akuntan (IFAC)
Kelompok Kerja Ahli Antarpemerintah Perserikatan Bangsa-bangsa atas Standar Internasional Akuntansi dan Pelaporan (International Standars of Accounting and Reporting – ISAR), bagian dari Konferensi Perserikatan Bangsa-bangsa dalam Perdagangan dan Pembangunan (United Nations Conference on Trade and Development –UNCTAD)
Kelompok Kerja dalam Standar Akuntansi Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (Kelompok Kerja OEDC).





Badan Standar Akuntansi Internasional
Badan Standar Akuntansi Internasional (IASB) merupakan badan pembuat standar sector swasta yang independen yang didirikan pada tahun 1973 oleh organisasi akuntansi professional di Sembilan negara dan direstrukturisasi pada tahun 2001.
Tujuan IASB adalah :
Untuk mengembangkan dalam kepentingan umum, satu set standar akuntansi global yang berkualitas tinggi, dapat dipahami dan dapat diterapkan yang mewajibkan informasi yang berkualitas tinggi, transparan, dan dapat dibandingkan dalam laporan keuangan.
Untuk mendorong penggunaan dan penerapan standar-standar tersebut yang ketat.
Untuk membawa konvergensi standar akuntansi nasional dan Standar Akuntansi Internasional dan Pelaporan Keuangan Internasional kea rah solusi berkualitas tinggi.
Standar Inti IASC dan Persetujuan IOSCO
Standar Inti diselesaikan dengan persetujuan terhadap IAS 39 (Instrumen Keuangan Pengakuan dan Pengukuran) pada bulan Desember 1998.Pemeriksaan IOSCO terhadap Standar Inti bermula pada tahun 1999 dan pada than 2000 IOSCO menyetujui penggunaan standar IASB untuk penawaran surat berharga dan pencatatan lintas batas.
Struktur IASB yang Baru
Badan wali
Badan wali mengangkat anggota dewan, Komite Interpretasi Pelaporan Keuangan Internasional dan Dewan Penasihat Standar. Perwalian bertanggungjawab untuk mengumpulkan dana dan mengawasi serta mengevaluasi prioritas dan operasi IASB.
Dewan IASB
Dewan IASB menetapkan dan memperbaiki standar akuntansi keuangan dan pelaporan usaha. Tanggung jawabnya adalah “memenuhi tanggung jawab untuk seluruh permasalahan teknis IASB termasuk penyusunan dan penerbitan Standar Akuntansi Internasional, Standar Pelaporan Keuangan Internasional, dan Draf Standar serta persetujuan akhir atas interpretasi yang dikeluarkan oleh Komite Interpretasi Pelaporan Keuangan”, dan menyetujui proposal proyek serta metode dan prosedur untuk mengembangkan standar.

Dewan penasihat standar
Tanggung jawabnya adalah untuk memberikan nasihat kepada dewan mengenai agenda dan prioritasnya, untuk memberikan pandangan mengenai dewan atas “organisasi dan individual dalam dewan atas proyek penentuan standar utama” dan untuk memberikan “nasihat lainnya” kepada dewan atau perwalian.
Komite interpretasi pelaporan keuangan internasional (IFRIC)
Menerbitkan rancangan interpretasi dan mengevaluasi komentar atasnya dan memperoleh persetujuan dewan untuk interpretasi akhir.
Pengakuan dan dukungan bagi IASB
Standar pelaporan keuangan Internasional saat ini telah diterima secara luas di seluruh dunia sebagai contoh standar – standar itu : (1) digunakan oleh banyak negara sebagai dasar ketentuan akuntansi nasional, (2) digunakan sebagai acuan internasional di kebanyakan negara – negara industry utama dan negara – negara pasar berkembang yang membuat standarnya sendiri, (3) diterima oleh banyak bursa efek dan badan regulator yang memperbolehkan perusahaan asing atau domestic untuk menyampaikan laporan keuangan yang disusun menurut IFRS, (4) diakui oleh komisi Eropa dan badan supranasional lainnya.
Respons Komisi Pasar Modal AS terhadap IFRS
SEC tidak menerima IFRS sebagai dasar laporan keuangan yang diserahkan oleh perusahaan – perusahaan yang mencatatkan saham pada bursa efek AS. Namun demikian, SEC berada dalam tekanan yang makin meningkat untuk membuat pasar modal AS lebih dapat diakses oleh para pembuat laporan non- AS. SEC telah menyatakan dukungan atas tujuan IASB untuk mengembangkan standar akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan yang digunakan dalam penawaran lintas batas.
Perbandingan antara IFRS dan Isi Prinsip Akuntansi Komprehensif Lainnya
Berbagai negara maju senantiasa membandingkan IFRS dengan Prinsip Akuntansi Komprehensif yang memiliki berbagai tujuan bagi masing-masing negara. Dasar pemikiran dilakukannya perbandingan adalah untuk mengetahui sejauhmana IFRS dapat diterima dan digunakan dalam penyajian laporan keuangan multidimensi.
Uni Eropa (European Union – EU)
Salah satu tujuan EU adalah untuk mencapai integrasi pasar keuangan eropa. Untuk tujuan ini, EC telah memperkenalkan direktif dan mengambil langkah inisiatif yang sangat besar untuk mencapai pasar tunggal bagi :
Perubahan modal dalam tingkat EU
Membuat kerangka dasar hukum umum untuk pasar surat berharga dan derivatif yang terintegrasi
Mencapai satu set standar akuntansi tunggal untuk perusahaan-perusahaan yang sahamnya tercatat.
Organisasi Internasional Komisi Pasar Modal (IOSCO)
Organisasi Internasional Komisi Pasar Modal (International Organization of Securities Commissions-IOSCO) beranggotakan sejumlah badan regulator pasar modal yang ada di lebih dari 100 negara. Menurut bagian pembukaan anggaran IOSCO: Otoritas pasar modal memutuskan untuk bekerja bersama-sama dalam memastikan pengaturan pasar yang lebih baik, baik pada tingkat domestic maupun internasional, untuk mempertahankan pasar yang adil, efisien dan sehat:
1.       Saling menukarkan informasi berdasarkan pengalaman masing-masing untuk mendorong perkembangan pasar domestic.
Menyatukan upaya-upaya untuk membuat standard an penhawasan efektif terhadap transaksi surat berharga internasional.
Memberikan bantuan secara bersama-sama untuk memastikan integritas pasar melalui penerapan standar yang ketat dan penegakkan yang efektif terhadap pelanggaran.
IOSCO telah bekerja secara ekstensif dalam pengungkapan internasional dan standar akuntansi memfasilitasi kemampuan perusahaan memperoleh modal secara efisien melalui pasar global surat berharga. Tujuan utamanya adalah untuk memfasilitasi proses yang dapat digunakan para penerbit saham kelas dunia untuk memperoleh modal dengan cara yang paling efektif dan efisien pada seluruh pasar modal yang terdapat permintaan investor. Komite ini bekerja sama dengan IASB, antara lain dengan memberikan masukan terhadap proyek-proyek IASB.
Federasi Internasional Akuntan (IFAC)
IFAC merupakan organisasi tingkat dunia yang memiliki 159 organisasi anggota di 118 negara, yang mewakili lebih dari 2,5 juta orang akuntan. Didirikan tahun 1977, dimana misinya adalah untuk mendukung perkembangan profesi akuntansi dengan harmonisasi standar sehingga akuntan dapat memberikan jasa berkualitas tinggi secara konsisten demi kepentingan umum.
Majelis IFAC, yang bertemu setiap 2.5 tahun, memiliki seorang perwakilan dari setiap organisasi anggota IFAC. Majelis ini memiliki suatu dewan, yang terdiri dari para individu yang berasal dari 18 negara yang dipilih untuk masa 2.5 tahun. Dewan ini, yang bertemu 2 kali setiap tahunnya, menetapkan kebijakan IFAC dan mengawasi operasinya. Administrasi harian dilakukan oleh Sekretariat IFAC yang berlokasi di New York, yang memiliki staf professional akuntansi dari seluruh dunia.
Kelompok Kerja Antar Pemerintah Perserikatan Bangsa-Bangsa Untuk Pakar Dalam Standar Internasional Akuntansi Dan Pelaporan (ISAR)
ISAR dibentuk pada tahun 1982 dan merupakan satu-satunya kelompok kerja antar pemerintah yang membahas akuntansi dan audit pada tingkat perusahaan. Mandat khususnya adalah untuk mendorong harmonisasi standar akuntansi nasional bagi perusahaan. ISAR mewujudkan mandat tersebut melalui pembahasan dan pengesahan praktik terbaik, termasuk yang direkomendasikan oleh IASB. ISAR merupakan pendukung awal atas pelaporan lingkungan hidup dan sejumlah inisiatif terbaru berpusat pada tata kelola perusahaan dan akuntansi untuk perusahaan berukuran kecil dan menengah.
Organisasi Untuk Kerjasama Ekonomi Dan Pembangunan (OECD)
OECD merupakan organisasi internasional Negara-negara industri maju yang berorientasi ekonomi pasar. Dengan keanggotaan yang terdiri dari Negara-negara industry maju yang lebih besar, OECD sering menjadi lawan yang tangguh terhadap badan-badan lain (seperti PBB atau Konfederasi Internasional Persatuan Perdagangan Bebas) yang memiliki kecenderungan untuk melakukan tindakan yang bertentangan dengan kepentingan anggota-anggotanya.

Kesimpulan
Harmonisasi” merupakan proses untuk menigkatkan kompatibilitas (kesesuaian) praktik akuntansi dengan menentukan batasan-batasan seberapa besar praktik-praktik tersebut dapat beragam. Banyak orang saat ini yakin bahwa harmonisasi internasional diperlukan untuk mengurangi hambatan berupa peraturan terhadap upaya perolehan laba lalu batas. Perdebatannya sekarang bukan lagi apakah untuk mengharmonisasi atau bahkan bagaimana melakukan harmonisasi. Meskipun perbedaan nasional dalam factor – factor lingkungan (seperti system tata kelola perusahaan dan keuangan) yang mempengaruhi perkembangan akuntansi masih akan tetap ada untuk beberapa lama, system pelaporan keuangan saat ini semakin menjadi konvergen karena pasar modal internasional menjadi lebih berorientasi pada investor. Badan Standar Akuntansi Internasional merupakan titik pusat usaha – usaha ini. Pada masa sekarang merupakan hal yang tidak mungkin membahas permasalahan aturan pasar modal dan bursa efek tanpa mempertimbangkan harmonisasi internasional untuk prinsip akuntansi, pengungkapan dan atau audit.

Contoh Kasus
Escott v. BarChris Construction Corp. (1968)
Kegiatan usaha utama BarChris Corporation membangun bowling gang. BarChris memiliki dua jenis perjanjian penjualan. Dalam jenis pertama, lorong-lorong bowling dibangun bagi sindikat investasi kecil, yang akan membuat uang muka kecil dan memberikan BarChris catatan untuk jumlah yang tersisa, yang jatuh tempo selama beberapa tahun. Dalam kedua jenis transaksi penjualan, perusahaan mengadakan perjanjian penjualan dan penyewaan kembali dengan perusahaan pembiayaan. Kedua jenis transaksi mengakibatkan kebutuhan konstan untuk pembiayaan eksternal. Pada tahun 1961 perusahaan mengajukan pernyataan pendaftaran untuk menerbitkan obligasi. Tak lama kemudian, pasar konstruksi bowling gang kering, dan bulan Oktober 1962 BarChris mengajukan perlindungan kebangkrutan.  Para pembeli obligasi mengajukan gugatan terhadap auditor BarChris's, Peat Marwick Mitchell & Company, yang telah mengaudit laporan keuangan untuk BarChris 1960 1958 melalui yang terkandung dalam laporan pendaftaran S-1. Gambut Marwick juga melakukan S-1 review terhadap laporan keuangan tidak diaudit untuk kuartal pertama 1961. Dalam mencari auditor bertanggung jawab, pengadilan berkomentar bahwa auditor dapat menghindari kewajiban di bawah Pasal 11 jika dia bisa membuktikan "due diligence," itu adalah, bahwa investigasi yang wajar dilakukan sedemikian rupa sehingga ada alasan yang cukup untuk percaya bahwa pernyataan pendaftaran itu benar dan tidak ada kelalaian fakta material. Hakim mengkritik tugas perusahaan auditor senior, yang bukan BPA pada saat itu, tidak punya pengalaman industri bowling sebelumnya, dan baru saja dipromosikan menjadi senior. Hakim memutuskan bahwa program audit digunakan untuk meninjau due S-1 karena telah sesuai dengan GaAs tetapi kinerja senior dari prosedur audit yang belum memuaskan. Para senior telah mencurahkan sekitar 20 jam dengan peninjauan S-1, dan ia telah menerima manajemen jawaban atas pertanyaan tanpa memverifikasi mereka.  Sebagai hasil dari kasus ini, profesi menerbitkan standar lebih definitif tentang kejadian setelah meninjau.

Referensi :
Choi, Frederick. D. S. dan Gary K. Meek.2010.International Accounting Edisi 6 Buku 1. Jakarta:Salemba Empat.

Tulisan Ini Adalah Salah Satu Bentuk Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Softskill Akuntansi Internasional

                                 Nama                     : P. A Ningsih
                                                                 R. Novianna
                                 Dosen Matkul        : Jessica B., SE., MMSi


UNIVERSITAS GUNADARMA
FAKULTAS EKONOMI

Senin, 18 April 2016

Perkembangan Pelaporan Keuangan Perusahaan sebelum dan sesudah mengadopsi IFRS

Tujuan akuntansi dan laporan keuangan pada dasarnya untuk menyediakan informasi keuangan suatu badan usaha yang akan digunakan oleh berbagai pihak yang berkepentingan sebagai dasar pengambilan suatu keputusan ekonomi. Untuk itu dibutuhkan suatu Standar Akuntansi Keuangan yang baik dan dapat dimengerti oleh berbagai pihak pengguna laporan keuangan.Praktik akuntansi di Indonesia dapat ditelusuri pada era penjajahan Belanda sekitar tahun 1642. Pada era ini Belanda mengenalkan sistem pembukuan berpasangansebagaimana yang dikembangkan oleh Luca Pacioli. Perusahaan VOC milik Belanda merupakan organisasi komersial utama yang memainkan peranan penting dalam praktik bisnis di Indonesia selama era ini (Diga dan Yunus, 1997). Kegiatan ekonomi pada masa penjajahan meningkat cepat selama tahun 1800an dan awal 1900an. Ini ditandai dengan dihapuskannya tanam paksa, sehingga pengusaha Belanda banyak yang menanamkan modalnya di Indonesia.
Pengadopsian Standar Akuntansi Internasional ke dalam Standar Akuntansi Domestik bertujuan untuk menghasilkan laporan keuangan yang memiliki tingkat kredibilitas tinggi, persyaratan akan item–item pengungkapan akan semakin tinggi, sehingga nilai perusahaan akan semakin tinggi pula manajemen akan memiliki tingkat akuntabilitas tinggi dalam menjalankan perusahaan, laporan keuangan perusahaan menghasilkan informasi yang lebih relevan dan akurat, dan laporan keuangan akan lebih dapat diperbandingkan dan menghasilkan informasi yang valid untuk aset, liabilitas,
Dewasa ini Indonesia sebagai salah satu Negara G20 juga telah memutuskan  untuk konvergensi ke IFRS. Konvergensi sendiri berarti to become similar or the same. Dengan demikian konvergensi ke IFRS dapat diartikan membuat standar akuntansi suatu Negara sama dengan IFRS (Kartikahadi, 2010) Konvergensi standar akuntansi standar akuntansi dapat dilakukan dengan 2 (tiga cara) yaitu: adopsi (mengambil langsung dari IFRS),) dan harmonisasi secara sederhana dapat diartikan bahwa suatu negara tidak mengikuti sepenuhnya standar yang berlaku secara internasional. Negara tersebut hanya membuat agar standar akuntansi yang mereka miliki tidak bertentangan dengan standar akuntansi internasional. Mengingat standar akuntansi tidak terlepas dari tata hukum, social, ekonomi dan budaya suatu Negara maka pengertian konvergensi ke IFRS lebih masuk akal untuk harmonisasi (Kartikahadi,2010). Konvergensi standar akan menghapus perbedaan tersebut perlahan- lahan dan bertahap sehingga nantinya tidak akan ada lagi perbedaan antara standar negara tersebut dengan standar yang berlaku secara internasional. Sebenarnya jauh sebelum dunia ramai membicarakan tentang konvergensi IFRS, ditahun 1994 dalam kongres VII IAI, KPAI telah memutuskan untuk mengadopsi 100% kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan yang dirumuskan oleh IASC (international Accounting standard committee) (Kartikahadi, 2010). Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK IAI) menetapkan bahwa Konvergensi IFRS akan berakhir ditahun 2012. Dalam perkembangannya, standar akuntansi yang awalnya single standard telah berubah menjadi triple standard, yaitu : pertama, standar akuntansi Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik yang digunakan untuk perusahaan kecil dan  menengah atau perusahaan yang tidak memiliki akuntanbilitas public dan tidak memiliki fungsi fiducia, atau perusahaan yang mempunyai fungsi fiducia tetapi diwajibkan oleg regulator menggunakan standar SAK ETAP contohnya BPR. Kedua, Standar Akuntansi Syariah, yang digunakan oleh entitas yang melakukan transaksi berbasis syariah, Ketiga adalah standar akuntansi berbasis IFRS yang digunakan untuk entitas yang mempunyai fungsi fiducia dan mempunyai pertanggungjawaban public.
Adopsi IFRS di Indonesia
Harmonisasi standar akuntansi dan pelaporan keuangan telah dianggap sebagai suatu hal yang mendesak yang harus dilakukan oleh setiap negara berkembang termasuk Indonesia. Manfaat utama yang diperoleh dari harmonisasi standar akuntansi dan pelaporan keuangan adalah adanya pemahaman yang lebih baik atas laporan keuangan oleh pengguna laporan keuangan yang berasal dari berbagai negara. Hal ini tentunya memudahkan suatu perusahaan menjual sahamnya secara lintas negara atau lintas pasar modal.
Berdasarkan pengalaman negara-negara pengadopsi penuh IFRS, adopsi dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan cara sekaligus atau dengan pendekatan ‘big-bang’ dan dengan cara gradual (Purba, 2010).
Berdasarkan proposal konvergensi yang telah dikeluarkan oleh IAI, proses adopsi dibagi dalam tiga tahap. Masing-masing tahap akan dilakukan dengan jadual sebagai berikut:
Proposal Konvergensi


Pada 2011 tahap persiapan akhir dilakukan dengan menyelesaikan seluruh infrastruktur yang diperlukan. Pada 2012 dilakukan penerapan pertama kali PSAK yang sudah mengadopsi IFRS. Dengan mengadopsi IFRS ini, Indonesia diperkirakan akan memperoleh manfaat sebagai berikut:
1.      Meningkatkan kualitas standar akuntansi keuangan (SAK).
2.      Mengurangi biaya SAK.
3.      Meningkatkan kredibilitas dan kegunaan laporan keuangan.
4.      Meningkatkan komparabilitas pelaporan keuangan.
5.      Meningkatkan transparansi keuangan.
6.      Menurunkan biaya modal dengan membuka peluang penghimpunan dana melalui pasar modal.
7.      Meningkatkan efisiensi penyusunan laporan keuangan.


Perbedaan Catatan atas Laporan Keuangan antara Periode Adopsi IFRS dan Periode Sebelum Adopsi IFRS
Disclosure atau pengungkapan merupakan salah satu komponen yang disyaratkan oleh IFRS. Salah satu contoh bertambah luasnya ketentuan pengungkapan adalah PSAK 60 tentang Instrumen Keuangan : Pengungkapan, dimana efektif diterapkan tanggal 1 Januari 2012, namun penerapan lebih awal diperbolehkan. Sebelumnya, PSAK mengenai
informasi instrumen keuangan terdapat pada PSAK 50 (Revisi 2006). Pengungkapan yang disyaratkan oleh PSAK 50 (Revisi 2006) hanya mengenai reklasifikasi, dimana reklasifikasi yang disyaratkan PSAK 50 ini hanya mengenai pengungkapkan alasan reklasifikasi. Sedangkan reklasifikasi yang dimuat dalam PSAK 60 mensyaratkan entitas untuk mengungkapkan informasi yang memungkinkan pengguna laporan keuangan untuk mengevaluasi signifikansi instrumen keuangan terhadap posisi dan kinerja keuangan. Berdasarkan persyaratan pengungkapan pada PSAK 60, terlihat bahwa bahwa komponen pengungkapan yang disyaratkan bertambah banyak jika dibandingkan dengan PSAK 50 (Revisi 2006). Hal ini membuat catatan atas laporan keuangan bertambah panjang karena pengungkapan terletak pada catatan atas laporan keuangan. Dalam penelitian yang dilakukan Morunga dan Bradbury (2012) menemukan bahwa 84% perusahaan mengalami peningkatan panjang catatan atas laporan keuangan, 16% perusahaan yang mengalami penurunan catatan atas laporan keuangan, serta 0% perusahaan yang tidak ada perubahan catatan atas laporan keuangan.
Perbedaan mendasar  mengenai pelaporan keuangan perusahaan sebelum dan setelah penerapan IFRS diantaranya yaitu mengenai:
1.      PSAK yang semula berdasarkan Historical Cost mengubah paradigmanya menjadi Fair Value based. Terdapat kewajiban dalam pencatatan pembukuan mengenai penilaian kembali keakuratan berdasarkan nilai kini atas suatu aset, liabilitas dan ekuitas. Fair Value based mendominasi perubahan-perubahan di PSAK untuk konvergensi ke IFRS selain hal-hal lainnya. Sebagai contoh perlunya di lakukan penilaian kembali suatu aset, apakah terdapat penurunan nilai atas suatu aset pada suatu tanggal pelaporan. Hal ini untuk memberikan keakuratan atas suatuatas suatu laporan keuangan.
2.      PSAK yang semula lebih berdasarkan Rule Based (sebagaimana US GAAP) berubah menjadi Prinsiple Based. Rule based adalah manakala segala sesuatu menjadi jelas diatur batasan batasannya. Sebagai contoh adalah manakala sesuatu materiality ditentukan misalkan diatas 75% dianggap material dan ketentuan-ketentuan jelas lainnya. Prinsiple based dimana yang diatur dalam PSAK update untuk mengadopsi IFRS adalah prinsip-prinsip yang dapat dijadikan bahan pertimbagan Akuntan / Management perusahaan sebagai dasar acuan untuk kebijakan akuntansi perusahaan.
3.      Pemutakhiran (Update) PSAK untuk memunculkan transparansi dimana laporan yang dikeluarkan untuk eksternal harus cukup memiliki kedekatan fakta dengan laporan internal. Pihak perusahaan harus mengeluarkan pengungkapan pengungkapan (disclosures) penting dan signifikan sehingga para pihak pembaca laporan yang dikeluarkan ke eksternal benar-benar dapat menganalisa perusahaan dengan fakta yang lebih baik.
Ballroom I Hotel Ritz Carlton Pacific Place Jakarta Selatan. Hal ini diungkapkan Direktorat Komunikasi Otoritas Jasa Keuangan Pusat Dedi Setiawan kepada Saibumi.com dalam rilisnya, Rabu 23 September 2015. "Malam penganugerahan ARA ke - 14 ini sebagai bentuk komitmen pentingnya penerapan Good Corporate Governance (GCG). GCG mendukung perekonomian nasional karena penerapan tata kelola yang baik membuat apapun kegiatan perusahaan lebih transparan, " kata Dedi menyampaikan isi kata sambutan dari Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Nurhaida sekaligus sebagai Ketua Panitia Pengarah Penghargaan Laporan Tahunan (ARA).
Perusahaan Terbaik pada tahun 2015
            Peserta ARA tahun yang diikuti 294 perusahaan dengan penilaiannya dibagi berdasarkan 11 kategori. Jumlah perusahaan yang jadi peserta naik 13 persen atau bertambah 33 perusahaan dibanding tahun lalu. Dari 294 perusahaan peserta, terdapat tiga Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang baru tahun ini ikut seleksi ARA. Ada delapan kriteria penilaian atas Laporan Tahunan mulai dari ikhtisar data keuangan penting, laporan dewan komisaris dan direksi, profil perusahaan, hingga analisa dan pembahasan manajemen atas kinerja perusahaan.
Kriteria Annual Report Award 2015 Penilaian ARA 2015 dibagi menjadi 2 tahap, yaitu:
A.Penilaian Kuantitatif (100%) terdiri dari 8 klasifikasi, yaitu:
-Umum: Bobot keseluruhan untuk klasifikasi ini sebesar 2%;
-Ikhtisar Data Keuangan Penting: Bobot keseluruhan untuk klasifikasi ini sebesar 5%;
- Laporan Dewan Komisaris dan Direksi: Bobot keseluruhan untuk klasifikasi ini sebesar 3%;
-Profil Perusahaan: Bobot keseluruhan untuk klasifikasi ini sebesar 8%;
-Analisa dan Pembahasan Manajemen atas Kinerja Perusahaan: Bobot keseluruhan untu k klasifikasi ini sebesar 22%;
-Good Corporate Governance: Bobot keseluruhan untuk klasifikasi ini sebesar 35%
- Informasi Keuangan: Bobot keseluruhan untuk klasifikasi ini sebesar 20%; dan
-Lain-lain: Bobot keseluruhan untuk klasifikasi ini sebesar +/- 5%
-Praktik good corporate governance (+5%) yang melebihi kriteria, seperti: Terdapat surat pernyataan tanggung jawab manajemen atas Laporan Keuangan bagi Perusahaan non Tbk; dan
- Menyampaikan Laporan Keberlanjutan/CSR yang disusun berdasarkan standar yang berlaku secara internasional (GRI Sustainability Reporting Guidelines).

B.Wawancara (Penentuan Pemenang)
-Kriteria penilaian dimaksud berlaku bagi semua peserta, kecuali peserta Dana Pensiun
Berikut daftar lengkap pemenang ARA 2015 :
Juara Umum BUMN Non Keuangan PT Aneka Tambang (Persero) Tbk
1.Pemenang kategori BUMN KEUANGAN LISTED
-PT Bank Mandiri (Persero) Tbk
-PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
-PT Bank Tabungan Negara(Persero) Tbk
2. Pemenang kategori BUMN NON KEUANGAN LISTED
-PT Aneka Tambang (Persero) Tbk
-PT Semen Indonesia (Persero) Tbk
-PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk
3.Pemenang kategori BUMN KEUANGAN NON LISTED
-PT Asuransi Jasa Indonesia (Pesero)
-PT TASPEN (Persero)
4.Pemenang kategori BUMN NON KEUANGAN NON LISTED
-PT Pertamina (Persero)
-PT Angkasa Pura II (Persero)
-PT Bio Farma (Persero)
5.Pemenang kategori PRIVATE KEUANGAN LISTED
-PT Bank Victoria International Tbk
-PT Bnk Central Asia Tbk
-PT Adira Dinamika Multifinance Tbk
6.Pemenang kategori PRIVATE NON KEUANGAN LISTED
-PT Wijaya Karya BetonTbk
-PT ElnusaTbk
7.Pemenang kategori PRIVATE KEUANGAN NON LISTED
-PT BNI Syariah
-PT Bank Syariah Mandiri
-PT Bank Mayora
8.Pemenang kategori PRIVATE NON KEUANGAN NON LISTED
-PT Pupuk Kalimantan Timur
-PT Pelayanan Listrik Nasional Batam
-PT Garuda Maintenance Facility Aeroasia
9.Pemenang kategori BUMD LISTED
-PT Bank DKI
-PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk
-PT Bank Pembangunan Daerah Nusa Tenggara Timur
10.Pemenang kategori BUMD NON LISTED
-PT Bank Pembangunan Daerah Sumatera Selatan dan Bangka Belitung
-PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah
-PT Bank Pembangunan Daerah Kalimantan Barat
11.Pemenang kategori DANA PENSIUN
-Dana Pensiun Bank Indonesia
-DPLKPT Bank Mandiri (Persero) Tbk
-Dana Pensiun Bank Rakyat Indonesia. (*)

Referensi :
Anjasmoro, Mega.2010. Adopsi International Financial Reporting Standard Indonesia. Universitas Diponegoro. (Diakses pada,  18 April 2016,17:00 WIB)
MANAJEMEN LABA PASCA KONVERGENSI IFRS: SEBUAH TINJAUAN TEORITIS DAN EMPIRIS. Jurnal Akuntansi. Vol.2 No.1 Januari. UNISMA.
Cintantya dan Agung. 2014. DAMPAK ADOPSI IFRS TERHADAP PANJANG LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BEI.
Zamzami, Faiz. 2011. Perkembangan Konvergensi International Financial Reporting Standard (IFRS) di Indonesia.
Kementrian Keuangan www.kemenkeu.go.id (diakses pada 18 April 2016, 17:22 WIB)
Otoritas Jasa Keuangan (OJK)  www.ojk.go.id  diakses pada 18 April 2016 ,17:30 WIB)

Tulisan ini untuk memenuhi tugas softskill Mata Kuliah Akuntansi Internasional
Dosen : Jessica Barus, SE.,MMSI.
Nama   : P.A. Ningsih

Universitas Gunadarma

Selasa, 29 Maret 2016

STANDAR PELAPORAN & PENGUNGKAPAN SERTA PENERAPAN IFRS


STANDAR PELAPORAN & PENGUNGKAPAN
Praktik pengungkapan laporan tahunan mencerminkan tanggapan manajer untuk persyaratan pengungkapan peraturan dan insentif mereka untuk memberikan informasi kepada laporan keuangan pengguna secara sukarela . Di banyak bagian dunia , aturan pengungkapan tidak berarti banyak , dan pemantauan dan penegakan sebagian besar tidak ada. Sejauh aturan pengungkapan tidak ditegakkan , pengungkapan yang diperlukan adalah ( dalam praktek ) sukarela , karena manajer perusahaan akan tidak mematuhi aturan pengungkapan jika kepatuhan lebih mahal. Oleh karena itu , penting untuk secara jelas membedakan antara pengungkapan yang " diperlukan " dan pengungkapan yang benar-benar dibuat . Hal ini menyesatkan untuk fokus pada aturan pengungkapan tanpa juga melihat praktik pengungkapan yang sebenarnya . 
PENERAPAN IFRS
Pada bagian ini kita fokus pada : 
1. Pengungkapan informasi forward-looking 
2. segmen pengungkapa, 
3. pelaporan tanggung jawab sosial , 
4. Tata kelola perusahaan pengungkapan , dan Bisnis internet
pengungkapan tersebut dan item pelaporan dipilih karena pentingnya mereka untuk pengguna laporan keuangan . Sebagai contoh, analis keuangan dan regulator telah menekankan pentingnya pengungkapan perusahaan informasi berwawasan ke depan , seperti yang berkaitan dengan tujuan perusahaan dan pengeluaran yang direncanakan , dan informasi bisnis - segmen . pengungkapan tata kelola telah menjadi penting dalam beberapa tahun terakhir sebagai akibat dari skandal perusahaan di Enron , WorldCom , Parmalat , Ahold , dan perusahaan lainnya .




EROPA
STANDAR PELAPORAN & PENGUNGKAPAN 
Kecenderungan dalam pelaporan keuangan adalah menuju penyajian wajar , setidaknya untuk konsolidasi laporan keuangan. Kecenderungan ini terutama berlaku di Uni Eropa . Pada tahun 2002 , Uni Eropa menyetujui peraturan akuntansi yang mengharuskan semua perusahaan Uni Eropa yang terdaftar di pasar yang diatur untuk mengikuti IFRS dalam laporan keuangan konsolidasi , mulai tahun 2005 .
Anggota negara bebas untuk memperpanjang persyaratan ini untuk semua perusahaan , bukan hanya yang tercantum , termasuk perusahaan individu laporan keuangan . Untuk memahami akuntansi di Eropa , salah satu harus memahami kedua IFRS dan persyaratan akuntansi lokal . Banyak perusahaan akan memilih untuk mengikuti persyaratan lokal dalam kasus di mana IFRS diizinkan . Misalnya , mereka mungkin melihat IFRS tidak relevan untuk kebutuhan mereka atau terlalu rumit . Dengan demikian , kami memberikan gambaran IFRS di bagian ini terlihat pada akuntaestimasim lima negara yang disurvei . 
SERTA PENERAPAN IFRS 
PELAPORAN KEUANGAN IFRS Terdiri dari laporan laba posisi keuangan , laporan laba rugi komprehensif , laporan arus kas , laporan perubahan ekuitas , sebuah catatan dan penjelasan . Catatan pengungkapan harus mencakup :
 Kebijakan akuntansi yang diikuti
 Putusan yang dibuat oleh manajemen dalam menerapkan kebijakan akuntansi penting
 Asumsi kunci mengenai masa depan dan sumber penting lainnya ketidakpastian estimasi






informasi komparatif hanya diperlukan untuk period Sebelumnya adalah ada persyaratan IFRS untuk menyajikan laporan keuangan induk entitasnya selain statement . Konsolidasi didasarkan pada kontrol , yang merupakan hak untuk mengatur kegiatan keuangan dan operasional entitas lain . Secara umum, semua anak harus dikonsolidasikan bahkan jika kontrol sementara atau anak perusahaan beroperasi di bawah pembatasan jangka panjang dana transfer yang parah . penyajian secara wajar diperlukan .
AMERIKA SERIKAT
STANDAR PELAPORAN & PENGUNGKAPAN 
Akuntansi di Amerika Serikat diatur olehbadan sektor swasta Keuangan ( Dewan Standar Akuntansi , atau FASB ) , tetapi sebuah lembaga pemerintah Komisi Sekuritas dan pertukaran. Sampai tahun 2002 , American Institute Akuntan Publik ( AICPA ) , lain sektor swasta , menetapkan standar auditing . Pada tahun itu , Akuntansi Perusahaan Publik Dewan Pengawas ( PCAOB )
SERTA PENERAPAN IFRS
LAPORAN KEUANGAN Sebuah laporan keuangan tahunan khas dari AS perusahaan besar termasuk komponen-komponen berikut :
1. Laporan manajemen
2. Laporan auditor independen
3. Laporan keuangan utama ( laporan laba rugi , neraca, laporan kas
arus , laporan laba rugi komprehensif , dan laporan perubahan ekuitas pemegang saham , dll )
4. diskusi Manajemen dan analisis hasil usaha dan keuangan
kondisi
5. Pengungkapan kebijakan akuntansi dengan dampak yang paling kritis pada laporan keuangan
6. Catatan atas laporan keuangan
7. Lima- atau sepuluh tahun perbandingan data keuangan yang dipilih data kuartalan

JEPANG
STANDAR PELAPORAN & PENGUNGKAPAN 
Akuntansi Jepang dan pelaporan keuangan mencerminkan campuran pengaruh domestik dan internasional . Dua lembaga pemerintah yang terpisah memiliki tanggung jawab untuk akuntansi. Untuk memahami akuntansi Jepang , seseorang harus memahami budaya Jepang , praktek bisnis , dan sejarah . Jepang adalah masyarakat tradisional dengan akar budaya dan agama yang kuat. 
Jepang Institute Akuntan Publik ( JICPA ) adalah profesional organisasi CPA di Jepang . Semua CPA harus milik JICPA, yang Selain memberikan pedoman perilaku yang pelaksanaan audit , JICPA menerbitkan pelaksanaan pedoman tentang masalah akuntansi, dan memberikan masukan kepada ASBJ dalam mengembangkan standar Akuntansi. 
SERTA PENERAPAN IFRS
PELAPORAN KEUANGAN Perusahaan yang didirikan berdasarkan Undang-Undang Perusahaan diharuskan untuk menyiapkan laporan hukum untuk persetujuan pada pertemuan tahunan pemegang saham , terdiri dari :
1. Neraca Keuangan
2. Pernyataan Penghasilan
3. Laporan perubahan ekuitas
4. Laporan Bisnis
5. Jadwal Pendukung




REFERENSI
Choi, Frederick D. S. Meek, Gary K. 2012  International Accounting. BUKU 1 EDISI 6. SALEMBA EMPAT.
Penulisan ini untuk memenuhi tugas softskill mata kuliah Akuntansi Internasional
Ditulis oleh : P. Ayu Ningsih
Dosen : Jessica Barus